25 January 2009

Tumor Testis

Editor : YAYAN AKHYAR ISRAR, S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau

DEFINISI

Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90% berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberikan penanganan yang adekuat.

ETIOLOGI

Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis antara lain :

  • 1. Maldesensus testis
  • 2. Trauma testis
  • 3. Atrofi atau infeksi testis
  • 4. Hormonal

PATOLOGI

Selain seminoma yang berasal dari sel germinal, terdapat karsinoma embrional, teratoma, dan koriokarsinoma yang digolongkan sebagai nonseminoma, yang dianggap berasal dari sel germinal pada tahap perkembangan lain histogenesis. Seminoma meliputi sekitar 40% dari tumor ganas testis. Koriokarsinoma jarang sekali ditemukan (1%). Metastase tumor testis kadang berbeda sekali dengan tumor induk, yang berarti tumor primer terdiri dari berbagai jenis jaringan embrional dengan daya invasi yang berbeda.

PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN

Selain koriokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe. Kelenjar limfe terletak para aorta kiri setinggi L2 tepat dibawah hilus ginjal dan di sebelah kanan antara aorta dan v. kava setinggi L3 dan prakava setinggi L2. Metastasis di kelenjar inguinal hanya terjadi setelah penyusupan tumor ke dalam kulit skrotum atau setelah dilakukan pembedahan pada funikulus spermatikus, seperti pada hernia inguinalis lateralis yang menyebabkan gagguan aliran arus limfe di dalamnya. Penyebaran hematogen luas pada tahap dini merupakan tanda koriokarsinoma.

KLASIFIKASI

Klasifikasi dari tumor ganas testis :

  • 1. Seminoma
  • - yang khas
  • - spermatositik
  • - anaplastik
  • 2. Nonseminoma
  • - karsinoma embrional
  • - teratokarsinoma
  • - teratom matur dan imatur
  • 3. Koriokarsinoma

Klasifikasi berdasarkan TMN pada karsinoma testis :

T = Tis : Prainvasif (intratubular)

T1 : Testis dan retetestis

T2 : Di luar tunika albuginea atau epididimis

T3 : Funikulus spermatikus

T4 : Skrotum

N = N0 : Tidak ditemukan pembesaran

N1 : Tunggal <>

N2 : Tunggal 2-5 cm ; multipel <>

N3 : Tunggal dan multipel > 5 cm

M = M0 : Tidak dapat ditemukan

M1 : Terdapat metastasis jauh

GAMBARAN KLINIS

Penderita biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri. Namun 30% mengeluhkan nyeri dan terasa berat pada skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum. Tidak jarang pasien mengeluhkan adanya masa dalam perut sebelah atas (10%) karena pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada kelenjar leher, dan 5% penderita mngeluhkan adanya ginekomastia.

Pada pemeriksaan fisik testis, terdapat benjolan dengan konsistensi padat keras, tidak nyeri pada palpasi, dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya masa di abdomen, benjolan kelenjar supraklavikular, ataupun ginekomastia.

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding meliputi setiap benjolan di dalam skrotum yang berhubungan dengan testis, seperti hidrokel, epididimis, orkitis, infark testis, atau cedera.

Transiluminasi, ultrasonografi, dan pemeriksaan endapan kemih sangat berguna untuk membedakan tumor dari keadaan lain. Kadar tumor testis disertai hidrokel. Oleh karena itu, ultrasonografi sangat berguna. Pemeriksaan tumor marker (petanda tumor) sangat berguna, yaitu beta-human chorionic gonadotropin (beta-HCG), alfa-feto protein (AFP), dan laktat dehidrogenase (LDH). Foto paru dibuat untuk diagnosis metastasis paru

Diagnosis ditentukan dengan pemeriksaan histologik sedian biopsi. Setiap benjolan testis yang tidak menyurut dan hilang setelah pengobatan adekuat dalam waktu dua minggu harus dicurigai dan biopsi. Untuk menentukan luas penyebaran limfogen biasanya dilakukan deseksi kelenjar limfe retroperitoneal secara transabdominen.

PENATALAKSANAAN

Pada dugaan tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi testis, karena itu untuk menegakkan diagnosis patologi anatomi, bahan jaringan harus diambil dari orkintektomi. Orkintektomi dilakukan melalui pendekatan inguinal setelah mengangkat testis dan funikulus spermatikus sampai anulus inguinalis internus. Biopsi atau pendekatan trans-skrotal tidak diperbolehkan karena ditakutkan akan membuka peluang sel-sel tumor mengadakan penyebaran.

Dari hasil pemeriksaan patologi anatomi dapat dikategorikan antara seminoma dan non seminoma. Jenis seminoma memberikan respon yang cukup baik terhadap radiasi sedangkan jenis non-seminoma tidak sensitif terhadap radiasi. Oleh karena itu radiasi eksterna dipakai sebagai ajuvan terapi pada seminoma testis. Pada non-seminoma yang belum melewati stadium III dilakukan pembersihan kelenjar retroperitoneal atau retroperitoneal lymphnode disection (RPLND). Tindakan diseksi kelenjar pada pembesaran aorta yang sangat besar didahului dengan pemberian sitostatika dengan harapan akan terjadi downstaging dan ukuran tumor akan mengecil.

Rujukan : Bahan Kuliah FK. UNRI.

No comments:

Post a Comment